Belajar Sifat Guru Dari “TANBIH”

KOLOM0 views

Nana Suryana, S.Ag. M.Pd.

Ketua Prodi PGMI Suryalaya Tasikmalaya

Kita sepakat karakter dan kemajuan suatu bangsa di masa depan sangat ditentukan oleh kualitas dan karakter guru. Ketika kota Hirosima dan Nagasaki Jepang dihancurkan Sekutu, Kaisar Jepang (Hirokhito) bertanya, ‘’berapa jumlah guru yang tersisa’’?. Pertanyaan ini mengisyaratkan begitu pentingnya keberadaan guru. Faktanya Jepang menjadi negara maju karena kualitas sumber daya manusia berkualitas dan berkarakter melalui proses pendidikan.

Guru adalah jabatan yang melekat pada dirinya. Sebutan guru tidak hanya berlaku pada saat seseorang melaksanakan tugas dalam proses belajar mengajar melainkan di luar proses pembelajaran pun. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dosen menyebutkan guru adalah pendidik profesional yang tugas utamanya adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi  peserta didik. Mendidik mengandung arti guru bukan hanyak bertugas mentransfer ilmu dan keterampilan tetapi yang lebih penting adalah mentransfer nilai; nilai ketuhanan (ilahiah), nilai kepribadian, dan nilai kebangsaan.

            Guru memiliki kedudukan mulia bahkan nyaris disejajarkan dengan kedudukan Rasul (kaazal mu’allimu rasuulan). Rasul memiliki kedudukan yang mulia, maka kedudukan guru pun mulia. Kemuliaan kedudukan guru ini tergambar dalam ungkapan ; semua rasul adalah guru, semua budaya mengagungkan profesi guru, semua orang-orang shaleh adalah guru, aib seorang guru dinilai lebih besar dari aib orang lain, seseorang akan merasa aman ketika berada bersama guru, dan dalam kasus kriminal guru terdakwa terakhir.

Untuk menjaga marwah dan kemuliaan guru, salah seorang tokoh pendidikan (Al-Abrasy) menyebutkan tujuh belas sifat yang harus dimiliki guru; zuhud, bersih tubuhnya, bersih jiwanya, tidak ria, tidak pendendam, tidak menyenangi permusuhan, ikhlas dalam menjalankan tugas, sesuai antara perkataan dan perbuatan, tidak malu mengakui kesalahan, bijaksana, tegas dalam perbuatan dan perkataan, rendah hati, bersifat kebapak-an, lemah lembut, pemaaf, tidak merasa rendah diri, dan mengetahui karakter murid. Oleh karenanya guru berakhlak dan berkarakter sebuah keniscayaan.

Selain kita bisa belajar sifat-sifat guru dari Al-Abrasy, kitapun bisa belajar sifat dan karakter guru dari salah satu pesan dan wasiat salah seorang pendiri Pondok Pesantren di Jawa Barat tepatnya di Pesantren Suryalaya KabupatenTasikmalaya dalam “TANBIH”. “TANBIH” adalah wasiat guru Mursyid TQN Pondok Pesantren Suryalaya sekaligus pendiri Pondok Pesantren Suryalaya, Syaikh KH. Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad ra. ditulis 13 Februari 1956 yang lalu. “TANBIH” berisi wasiat dan pesan untuk para muridnya tentang bagaimana berperilaku dan berakhlak, baik terhadap diri sendiri, masyarakat, bangsa, dan agama. Ada banyak wasiat yang bisa dipelajari dan diterapkan guru di zaman ini. Kita perhatikan pesan beliau;

“….. anggur ditungtun dituyun kunasehat anu lemah lembut, nu matak nimbulkeun nurut, bisa napak dina jalan kahadean…”. (“…hendaknya dituntun, dibimbing dengan nasehat yang lemah lembut yang akan memberikan keinsyapan dalam menapaki jalan kebajikan…”). Pesan ini bisa menjadi tuntunan bagi guru/pendidik dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Ketika kita melaksanakan tugas keprofesional yaitu memfasilitasi peserta didik agar menjadi manusia seutuhnya, dilakukan dengan mengedepankan cinta dan kasih sayang yang diwujudkan dalam bentuk sikap menuntun, membimbing, dan menasehatinya dengan lemah lembut. Kalau ini dilakukan insya allah peserta didik mampu senantiasa memiliki  karakter baik terhadap duru, bukan sebaliknya. Guru tidak memarahi, me-labeling dengan label-label yang tidak baik, menghukum dengan cara yang tidak edukatif, yang justru akan menimbulkan renggangnya jalinan interkasi dan komunikasi pedagogik antara guru dengan peserta didik. Allah swt berfirman, “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imron: 159). Semoga.

Komentar