Cerita Kemerdekaan Belajar dan Mengajar

KOLOM2 views

Oleh : Irvan Kristivan, M.Pd.
Kepala SDN Rancabendem Kota Tasikmalaya

Salam Guru Penggerak !
Mengapa manusia harus belajar ? Untuk apa manusia belajar ? Seberapa penting pendidikan bagi kehidupan manusia ??.

Pertanyaan-pertanyaan itu yang memberedeli pikiranku selama menjadi guru. Kurenungi, kuresapi, dan kugali kembali perjalanan selama menjadi murid. Ketika masih duduk di bangku SD, aku bercita-cita menjadi seorang insinyur. Kupelajari matematika dan IPA dengan sungguh-sungguh hingga nilai-nilai ulanganku selalu memuaskan. Ketika menginjak SMP, cita-cita itu pudar. Kedua mapel itu menjadi tidak mengasyikan lagi, dan cita-citaku berubah-ubah.

Seorang guru mengingatkanku bahwa tujuan belajar bukan untuk menjadi ini itu, melainkan hanya untuk menunaikan kewajiban. Sejak itu niatku belajar berubah. Tak lagi mengejar angka-angka, tak lagi mengejar ranking di kelas. Sebagaimana pepatah guruku itu bahwa kita harus belajar agar bahagia dunia dan akhirat. Hingga lulus kuliah niatku belajar cuma 2 yaitu karena kewajiban dan mencari kebahagiaan.

Tahun 2009 aku diangkat menjadi guru. Totalitas tanpa batas, kucurahkan pikiranku untuk mendidik murid-muridku. Entah kenapa, kurasakan ada yang salah dengan pola pendidikan di sekolah. Ada sedikit hal yang membebani pikiranku. Guru-guru yang seringkali memandang sebelah mata murid yang “bodoh”, beberapa murid yang kerap menghapiriku dipinggir lapang karena malas belajar Matematika, bahkan hampir semua murid berlomba-lomba mengejar nilai dan masuk rangking. Tak hanya itu terkadang sedikit memaksakan mengkatrol nilai agar melebihi KKM. Guru-guru pun dijejali administrasi dan beban tugas lain yang menumpuk, bahkan ada seorang atasan yang bilang “percuma bapak ibu mengajar tiap hari jika administrasinya tidak ada, sama saja bapak ibu tidak mengajar”. Kontan, hal itu menjadi tujuan mengajar. Tak heran jika banyak guru yang datang ke kelas, memberi tugas kepada murid, kemudian dia khusuk mengerjakan administrasinya.

Keresahan-keresahan itu hampir membuncah. Hingga suatu hari di pinggir lapang futsal. Seorang teman mengajak ngobrol. Sharing tentang pendidikanpun berlangsung sengit. Menggali lagi pesan-pesan para leluhur negeri ini. Hampir setiap pekan diskusi antara 2 guru yang sama-sama merasa resah itu terjalin. Sebuah buku anak dari negeri matahari “Toto Chan” dikupas, pemikiran ki hadjar dewantara dibedah, ajaran islam tentang pendidikan dibahas, dan quote-quote pembangun jiwa dari orang-orang besar dipekikkan.

Dari diskusi kecil itulah aku menemukan sebuah jawaban dan menarik kesimpulan bahwa ternyata kenapa kita harus belajar, untuk apa kita belajar, dan seberapa penting pendidikan bagi kehidupan manusia. Seberapa kerasnya manusia mencari ilmu, seberapa kuatnya mengejar jabatan, dan seberapa dahsyatnya mereka mengumpulkan harta benda, semuanya hanya untuk mencari kebahagian. Bahagia dunia dan akhirat. Maka dari itu belajar dan mengajar haruslah bahagia. Tidak mungkin mengejar kebahagian dengan tekanan, amarah, ketakutan, diskriminasi, dan nilai-nilai negatif lainnya karena justru hal itu akan menjadikan mereka orang yang hedonis, apatis, dan serakah. Ya serakah, tega menjatuhkan orang demi kedudukan, menyengsarakan orang lain demi kebahagiannya, dan demi apapun yang diinginkannya akan tega menyingkirkan orang lain dan membiarkan orang lain menangis dan bersedih. Orang yang seperti itu, selama hidupnya akan terjajah oleh nafsu duniawi.

Oleh karena itu mereka harus dibebaskan dari penjajahan, sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang. Dalam setiap proses pembelajaran guru dan siswa harus merdeka. Guru merdeka dalam mengemas pembelajaran dan menentukan visi dan misi pembelajaran, begitupun murid harus merdeka belajar sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Murid harus merdeka belajar sesuai dengan kemampuanya masing-masing dan apa yang mereka butuhkan. Dengan begitu pembelajaran akan terasa menyenangkan, relevan dengan kehidupan sehari-hari, dapat survival dalam perhelatan hidup, dan meraih tujuan hidup, yaitu bahagia.

Guru Penggerak, Indonesia Maju!

#GuruPenggerak
#PendidikanGuruPenggerak
#MerdekaBelajar
#RayakanMerdekamu

Komentar