Di Kudus tak Dijumpai Sate Sapi, Tahan Uji Tidak Meroko di Kota Penghasil Rokok

KANAL4 views

Di Aula sebuah hotel Puncak Gunung Muria Kudus, kami disuguhi taushiyyah atau ceramah dari seorang Ustadz terkenal di Kudus, yaitu Ustadz Tamrin Ahmad. Beliau sebagai Mubalig Muhammadiyyah Kudus, alumnus Pesantren AlMukmin Ngruki plus Pembina Komunitas Kudus Berani Hijrah (KBH).

Di awal taushiyyahnya beliau menyampaikan selamat datang kepada peserta reuni di Kota Kretek Kudus dan di Kota yang tidak akan dijumpai sate sapi tapi justru akan banyak dijumpai sate kerbau.

Ustadz Tamrin Ahmad sedang menyampaikan taushiyyahnya

Adapun tentang tak akan dijumpai sate sapi, yang ada justru sate kerbau, hal ini berkaitan dengan sejarah penyebaran agama Islam di Kudus oleh Sunan Kudus. Sunan melarang umat Islam pada saat itu untuk menyembelih sapi dan memakan dagingnya sebagai penghormatan atau toleransi terhadap umat Hindu yang menganggap sapi sebagai hewan yang suci. Sebagai gantinya umat Islam ketika itu menyembelih dan memakan daging kerbau. Kondisi dan situasi tersebut higga kini masih berlangsung meski mayoritas warga Kudus beragama Islam.

Beliau selanjutnya mengemukakan bahwa alhamdulillah dirinya selama ini dapat menahan diri dari kebiasaan jelek dan buruk MEROKOK, padahal di kota ini banyak pabrik Rokok. Ia tidak tergoda untuk menghisap sebatang rokokpun.

Selesai mendengar taushiyyah, penulis mencoba untuk mensearching di google tentang informasi itu dan hasilnya sebagai berikut: Suatu hari, pria bernama lengkap Sayyid Ja’far Shadiq Azmatkhan itu mengikat sapi di halaman Masjid Menara Kudus. Hal itu pun memancing perhatian umat Hindu di Kudus. Apa yang akan disampaikan Sunan Kudus? Sepotong fragmen itu dikutip dari buku Kudus dan Islam: Nilai-Nilai Budaya Lokal dan Industri Wisata Ziarah karya Sri Indrahti. “Setelah orang-orang Hindu datang ke halaman masjid, Sunan Kudus mengucapkan salam bahagia dan selamat datang lalu kemudian berceramah, berdakwah, dan saling berdialog,” tulis Sri dalam bukunya. Saat itu, Sunan Kudus mengumumkan kepada seluruh warga Kudus untuk tidak menyembelih dan memakan daging sapi. Tujuannya, menurut Sri, adalah untuk menghormati para pemeluk agama Hindu.

“Dengan metode seperti itu, akhirnya sebagian besar pemeluk agama Hindu menjadi simpati kepada Sunan Kudus dan bersedia masuk Islam,” kata dia. “Pelarangan ini adalah simbol penghormatan bagi pemeluk agama Hindu yang pada saat itu masih mayoritas. Padahal sapi tidak diharamkan bagi pemeluk agama Islam. Sampai sekarang, masyarakat Kudus masih memegang teguh tradisi tidak menyembelih sapi, termasuk pada hari raya kurban. Sebagai gantinya, masyarakat Kudus lebih memilih untuk menyembelih kerbau atau kambing,” sambung Sri.

Ada satu versi cerita lagi tentang sapi dan masyarakat Kudus ini. Sri bercerita, pada dahulu kala Sunan Kudus pernah merasa sangat kehausan. Lalu seorang pendeta Hindu memberikannya susu sapi. “Sebagai ungkapan terima kasih dari Sunan Kudus, maka masyarakat Kudus dilarang menyembelih sapi,” tulis Sri.

Hingga kini anjuran kanjeng sunan itu masih menjejak di Kota Kretek. Salah satu semangat yang dicerap dari ajaran itu adalah sikap saling menghormati antar-sesama penganut agama.

Namun demikian khusus di hari raya Idul Adha, kini banyak juga umat Islam Kudus yang menyembelih sapi sebagai hewan yang dikurbankan.

Komentar