Dilema Antara Tujuan Ekstrakurikuler Dengan Tuntutan Prestasi

KOLOM9 views

Oleh: Heryanto, S. Pd.

Guru Penjaskes SMPN 6 Tasikmalaya

 

Kegiatan ekstrakurikuler atau ekskul adalah kegiatan tambahan yang dilakukan di luar jam pelajaran, baik di sekolah maupun di luar sekolah dengan tujuan untuk mendapatkan tambahan pengetahuan, keterampilan dan wawasan serta membantu membentuk karakter peserta didik sesuai dengan minat dan bakat masing-masing.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 060/U/1993 dan Nomor 080/U/1993, kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan di luar jam pelajaran yang tercantum dalam susunan program sesuai dengan keadaan dan kebutuhan sekolah, dan dirancang secara khusus agar sesuai dengan faktor minat dan bakat siswa. Sedangkan tujuan  kegiatan ekstrakurikuler berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 39 Tahun 2008 tentang pembinaan kesiswaan, kegiatan ekstrakurikuler memiliki tujuan sebagai berikut: 1) Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat, dan kreativitas. 2) Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dari pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan. 3) Mengaktualisasi potensi siswa dalam pencapaian potensi unggulan sesuai bakat dan minat. 4) Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang berakhlak mulia, demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri (civil society).

Kegiatan ekskul diyakini banyak pihak akan mendorong munculnya hal-hal positif dari peserta didik dari berbagai aspek, seperti pengetahuan (kecerdasan), keterampilan gerak, sosial dan tanggung jawab. Kegiatan ini juga diyakini dapat mengurangi dan menghambat munculnya hal-hal negatif dari peserta didik seperti kecanduan menggunakan gadget, kecanduan narkoba, gerombolan geng /perkumpulan remaja yang salah dan pergaulan bebas dikalangan remaja. Kegiatan ekstrakurikuler meliputi berbagai kegiatan di luar jam pelajaran sekolah seperti keagamaan, olahraga, seni, sains dan bidang lainnya.

Berdasarkan aspek pengertian, tujuan dan manfaat kegiatan ekstrakurikuler, penulis akan menitikberatkan pembahasan kegiatan ekstrakurikuler pada bidang olahraga. Seperti kita ketahui, pada saat ini kegiatan ekstrakurikuler sudah mulai dilaksanakan pada jenjang pendidikan dasar (SD), dan jenjang pendidikan menengah (SMP dan SMA/K). Pada pelaksanaannya banyak terjadi benturan antara tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler itu sendiri dengan tuntutan prestasi dari pihak sekolah (gengsi sekolah).

Berdasarkan hasil pengamatan dari penulis, pada saat ini hampir semua sekolah terutama di jenjang menengah pada kegiatan ekstrakurikuler berlomba-lomba untuk berprestasi pada perlombaan atau kejuaraan yang diikutinya. Jika prestasi olahraga dapat diraih pada kegiatan ekstrakurikuler, semua stakeholder yang terkait harus memahami itu hanyalah sebagai bonus atau hadiah tetapi bukan menjadi faktor utama yang ditargetkan.

Kenyataannya yang terjadi pada saat ini adalah peserta didik yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dituntut oleh pelatih atau pembinanya untuk menghasilkan prestasi yang akan mengangkat pamor sekolah itu sendiri. Tuntutan dari seorang pelatih juga tidak lain adalah perpanjangan tangan dari tuntutan pihak sekolah yang menginginkan adanya keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler sehingga yang menjadi korbannya adalah peserta didik di lapangan. Pelatih atau Pembina yang mendapatkan prestasi akan dianggap sukses dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Sehingga yang dilakukan seorang pelatih adalah merancang program latihan yang sering tidak sesuai dengan karakteristik jenis kelamin, umur dan kemampuan peserta didik. Akibatnya yang akan terjadi adalah kegiatan ekstrakurikuler akan ditinggalkan oleh peserta didik sebab mereka merasa terbebani dengan aktivitas yang dirasa terlalu berat  dan rutinitas latihan yang terlalu padat sehingga peserta didik merasa tidak punya waktu untuk menikmati masa anak-anak atau masa remajanya. Efek samping dari kegiatan ekstrakurikuler yang mengedepankan prestasi adalah banyaknya peserta didik yang mengalami cedera di usia muda sebab beban latihan yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan perkembangan anatomi di usianya, hal ini harus dihindari sebab cedera yang dialami bila diberi tindakan yang sesuai akan mengalami kesembuhan, tetapi bila dibiarkan atau diberi tindakan yang salah akan menjadi cedera permanen seumur hidupnya.

Kegiatan ekstrakurikuler harus dipahami hanyalah sebagai jembatan atau jalan menuju prestasi olahraga di usia yang matang (Golden Age), sebab prestasi olahraga memerlukan waktu yang panjang  dalam prosesnya, pengorbanan tenaga, pengorbanan biaya, sikap tanggung jawab dan tingkat keseriusan yang tinggi, prestasi olahraga bukan pada usia dini atau remaja (usia sekolah). Jika menginginkan prestasi olahraga, wadahnya bukan di kegiatan ekstrakurikuler sekolah, tetapi harus mengikuti kegiatan olahraga di luar sekolah seperti klub-klub olahraga sesuai dengan kecabangan olahraganya.

Sayangilah peserta didik generasi penerus bangsa, mereka masih harus menjalani dan merasakan proses kehidupan normalnya seperti belajar dan bermain, janganlah dituntut dengan kearoganan stakeholder yang terkait. Semoga ini bisa menjadi bahan renungan dan instrospeksi bagi kita semua.

Komentar