Membangun Cahaya Peradaban dengan WJLRC

KANAL2 views

JATINANGOR. Provinsi Jawa Barat mengembangkan Gerakan  Literasi Sekolah sebagai perwujudan Permendikbud nomor 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan Budi Pekerti dengan programnya yang bernama West Java Leader’s Challenge (WJLRC). Tantangan membaca ini datang dari pemimpin yang ada dari Jawa Barat, baik pada birokrasi atau organisasi pemerintah maupun non pemerintah. Tantangan ini merupakan kegiatan yang menjadi proritas dalam kerjasama kemitraan antara Pemerintah Daerah Jawa Barat dengan  Negara Bagian Australia Selatan . Pelaksanaan GLS-WJLRC di sekolah dikuti oleh siswa SD dan SMP  se-Jawa Barat yang berjumlah lebih dari 36.000 siswa dari 1.700 sekolah.

Bumi Perkemahan Letjen Mashudi (Kiarapayung Camp) Jl. Kiarapayung, Jatinangor Sumedang (1-2/11/2017) menjadi saksi puncak akhir periode tantangan membaca WJLRC 2016-2017 berupa apresiasi bagi 2.500 orang siswa dan guru yang telah menuntaskan tantangan. Ajang yang bernama Jambore literasi yang pertama di Jawa Barat bahkan di Indonesia itu juga diikuti oleh 300 orang panitia fasilitator dan relawan serta 150 tamu undangan. Jambore Literasi Jawa Barat 2017 berhasil terselenggara berkat kerjasama Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, PGRI Provinsi Jawa Barat, bank BJB dan tentunya pegiat literasi seluruh Jawa Barat serta tim narasumber GLS-WJLRC yang diketuai oleh Ibu Mia Damayanti yang senantiasa bergerilya tanpa putus asa menggelorakan semangat literasi. Jambore yang mengusung tema “ Tangguh Taklukkan Tantangan, menjadi Cahaya Peradaban” ini  dipimpin oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Bapak Dr. Ir. H. Ahmad Hadadi, M.Si serta dibuka dengan bunyi sirene  oleh bunda Literasi Ibu Netty Heryawan . Ibu Netty juga mengajak seluruh peserta untuk terus semangat membaca seperti tokoh kebanggaan Indonesia B.J Habibie. Kunci kesuksesan pembuat pesawat terbang CN-235 dan N-250 yang dapat kita teladani adalah beliau menghabiskan waktunya untuk belajar dan membaca sebanyak 7,5 jam setiap harinya, berenang, melaksanakn ibadah dan shalat tahajud secara rutin.

Medan Jambore yang terletak di arena pegunungan berliku tidak menjadikan para peserta patah semangat justru mereka sangat antusias mengikuti setiap wahana kegiatan . Untuk siswa sendiri ada 6 wahana kegiatan : kaulinan barudak, write a thon, berburu harta karun, tantangan WJLRC, Leadership&Team Building Game, dan belajar bahasa isyarat. Peserta dibagi menjadi 6 kelompok  berdasarkan warna syal sehingga antar peserta dari berbagai daerah itu bisa berbaur dan saling mengenal. Dua hari tersebut,  Peserta Jambore mengikuti kegiatan siswa secara bergantian dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya. Peserta yang berhasil dalam setiap tantangan akan diberi reward berupa bendera. Kegiatan siswa yang cukup padat tersebut cukup memberikan pengalaman berharga kepada peserta dimana mereka tidak hanya diasah secara intelektual dan emosional namun mereka dituntut untuk memiliki ketahanan fisik yang kuat dan bisa bersosialisasi dengan peserta lainnya.

Di tengah acara tepatnya malam hari, peserta dimanjakan dengan kreasi seni  terpilih dari peserta berbagai kota/kabupaten juga menghadirkan grup Musik Saratus Persen. Pentas seni yang tampil antara lain : tari kreasi, pencak silat, seni menyambut pengantin sesuai adat Bekasi, sosiodrama, tari tradisonal Putri Anglin dan Sunan Gunung Jati dan berbagai kreasi seni lainnya. Melihat hal tersebut penonton dibuat takjub dengan berbagai penampilan peserta. Ternyata dibalik pemberitaan negatif tentang pergaulan anak-anak zaman sekarang yang cukup memprihatinkan, seakan terbantah dengan melihat anak-anak penerus bangsa yang bukan gemar membaca tetapi juga memiliki kreatifitas tinggi khususnya dalam seni. Ini membuktikan bahwa literasi itu bermakna luas seperti pesan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Dr. Ir. H. Ahmad Hadadi, M.Si yang menyatakan “Literasi tidak hanya bermakna membaca dan menulis tetapi juga bisa berupa literasi lingkungan, literasi alam, literasi kerajinan, literasi seni bahkan literasi sosial bagaimana hidup bersama orang lain dan “membaca “ orang lain di sekitar (berempati)”.

Selain wahana kegiatan siswa, ada juga wahana kegiatan untuk guru berupa workshop tentang impelementasi 12 nilai perdamaian bersama Irfan Amalee (Founder Peace Generation Indonesia) dan talkshow bersama penulis best seller  Tethy Ezokanzo. Guru  yang mengikuti kegiatan di sela-sela membimbing siswa Jambore, terlibat aktif dan termotivasi untuk membudayakan membaca dan menulis dan bisa menjadi penulis handal seperti narasumber serta mengembangkan 12 nilai perdamaian dalam kehidupan untuk ditularkan di lingkungan sekitarnya.

Pameran karya literasi pada Jambore turut meramaikan kegiatan disana dipamerkan karya/dokumentasi kegiatan GLS-WJLRC dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan literasi  yang berciri khas dan keunggulan daerah masing-masing kota/kabupaten di Jawa Barat. Masing-masing stan dihias sedemikan rupa sehingga mampu menarik perhatian bukan hanya peserta Jambore namun tamu undangan dan pengunjung dari berbagai daerah kota/kabupaten se-Jawa Barat.

Di akhir kegiatan, panitia menutup acara dengan ekspresi massal bahasa isyarat membacakan teks Pancasila yang diikuti oleh seluruh peserta dan panitia. Sebelum acara berakhir, panitia mengumumkan beberapa kejuaraan dan tantangan selama mengikuti kegiatan seperti Peserta tertangguh yaitu pemeroleh  bendera di tiap wahana siswa. Selain peserta ada juga kelompok tertangguh yaitu kelompok dengan peraih bendera terbanyak pun diapresiasi,  mereka semua diberi hadiah buku.

Panitia juga memberikan penghargaan berupa hadiah buku, piagam, medali, plakat serta uang tabungan dari bank BJB untuk juara 1, 2 dan 3 kepada peserta siswa, guru dan sekolah baik SD maupun SMP peserta WJLRC yang lolos tantangan . Kategori lomba yang diadakan selama kegiatan GLS-WJLRC itu  diantaranya : Reviewer siswa SD dan SMP terbanyak, reviewer guru SD dan SMP terbanyak, Sekolah Inspiratif (sekolah yang jumlah siswa yang lolos tantangannya 100 %), penulis artikel tentang kerjasama Indonesia dan pemerintah South Australia, penulis cerita fabel dan keberanian mendongeng yang diunggah ke web literasi dan youtube untuk mendapat viewers terbanyak. Serta penilaian stand yang terdiri dari stand inspiratif diperoleh oleh SLB Jawa Barat, Stand Inovatif oleh Kabupaten Sumedang dan Kota Tasikmalaya sebagai stand Kreatif di Jambore Literasi ini.

Jambore Literasi Jawa Barat 2017 ini merupakan bukti komitmen Pemerintah provinsi Jawa Barat untuk terus membumikan semangat literasi menyogsong tahun emas Indonesia dengan membangun generasi tangguh yaitu generasi emas Indonesia. Jambore ini hasil dari kesungguhan dan  ketekunan peserta yang mengikuti tantangan minimal membaca 24 buku selama 10 bulan tanpa putus. Hanya peserta yang tangguh dan memiliki tekad kuatlah  yang mampu menyelesaikan tantangan ini dengan istiqomah. Kedepannya, seperti pesan Walikota Tasikmalaya Bapak H. Budi Budiman, bahwa literasi jangan sampai sebatas ceremonial saja tapi harus menjadi kebiasaan dan budaya khususnya dalam dunia pendidikan sebagai garda terdepan tolak ukur kesuksesan suatu bangsa.

Jambore literasi memberikan pengalaman berharga kepada seluruh peserta karena jerih payah mereka dalam menaklukkan tantangan diberi apresiasi luar biasa oleh pemerintah daerah.  Seperti yang dikatakan oleh peserta dari SDN Sukamulya, Aulia Marcellina “ Saya senang dan bangga mengikuti Jambore Literasi ini, selain mendapat teman baru dari seluruh kota/kabupaten di Jawa Barat, saya juga bisa mengikuti berbagai macam kegiatan yang mengasah berbagai keterampilan. Apalagi saya dan teman-teman berhasil mendapat hadiah buku sebagai kelompok tertangguh dan tentunya nanti kami semua akan dapat  medali”. Serunya sambil tersenyum.  Aulia bertekad untuk terus membiasakan kegemaran membacanya ini dan menularkannya di rumah maupun di sekolah. Salam Literasi! (Ema)

 

Komentar