Menjadi Guru Zaman Milenial

KIPRAH, KOLOM1 views

Menjadi guru di zaman milenial tentu tidak semudah menjadi guru di zaman sebelumnya. Guru di zaman milenial dituntut mampu berdaoptasi dengan perilaku dan sikap anak di zamannya. Inilahlah pesan yang pernah disampaikan rasulullah “Didikalah anak-anakmu sesuai zamannya”. Karena anak bukan anakmu, anak adalah kehidupan, demikian kata Kalil Gibran.

Periodisasi Generasi
Dalam Generation Thoery (teori generasi) dikenal pembagian generasi yaitu generasi X, Y dan Z. Generasi pertama adalah generasi senior, generasi di awal-awal perjuangan bangsa Indonesia. Mereka para pejuang dan generasi paling tua. Mereka merasakan pahit manisnya perjuangan kehidupan dengan keterbatasan fasilitas di zaman itu. Kedua generasi generasi Baby Boomers (1946-1964), generasi yang lahir setelah perang dunia ke dua. Pada era ini nilai persatuan dan nilai patriotisme tumbuh mengakar dalam dirinya.

Pada era ini pun telah terjadi pergeseran nilai dengan booming-nya aliran musik rock and roll (Elvis Presley). Meraka juga sudah mengenal media elektronik bahkan generasi ini mulai mempersatukan pemilik ras yang sama.

Generasi ketiga adalah generasi X (1965-1976). Generasi ini jumlahnya 17 % dari total populasi manusia. Generasi ini telah mampu survive dibanding dua generasi seniornya. Generasi ini mengusung ikon Me. Karenanya mulai bermuculan benih-benih individualisme. Di zaman ini pun muncul perang imajinasi dan kreativitas dalam berbagai bidang. Hambatanya adalah sikap individualis yang merajalela sehingga melahirkan ketimpangan yang merasuki hati dan pikiran mereka.

Generasi keempat adalah generasi Y (1982-2006). Jumlahnya hanya 30 % dari total populasi manusia. Meraka sukses mengusung ikon semua untuk kita. Mereka berhasil menciptakan percepatan dalam berbagai bidang, integritas, persatuan, optimismme, serta era daur ulang. Mereka respons terhadap ide baru yang dilatarbelakangi filosofis, pengalaman, pesan mutli-generasi sangat cepat terjadi. Di era ini pun muncul MTV, Facebook, Twiter, Youtube, Instagram, dan lainnya. Perkembangan teknologi infromasi membuat generasi ini terus berusaha menemukan hal-hal baru yang menjadi trending topic.

Generasi yang hidup zaman ini telah menguasai teknologi memudahkan manusia. Namun di zaman ini pula tumbuh subur sikap negatif dan mulai menggerogoti moral generasinya.

Terakhir generasi milenial. Generasi yang lahir dan dibebaskan di era serba canggih. Orang menyebutnya generasi kuota. Hal tentu berpengaruh terhadap perkembangan perilaku dan keperibadian. Kiblat mereka adalah internet, melalui internet mereka dipermudah mengakses berbagai infromasi. Sebuah zaman yang perlu diadaptasi dan diakomodir oleh guru. Saat ini ada banyak guru yang dihasilkan melalui proses pendidikan di era sebelumnya.

Zaman ini akan menjadi tantangan berat, mereka berhadapan dengan peserta didik (generasi) yang lahir di era generasi Y dan milenial. Pertanyaan kemudian adalah apa yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugas sebagai pembelajar di zaman ini.

Guru Era Milenial
Agar sukses menjadi guru di zaman milenial, beberapa hal yang dapat dilakukan; Pertama Mode On. Guru adalah public figure. Penampilan menjadi sebuah kebutuhan penting dalam karir keguruan di zaman ini. Kalau guru datang ke sekolah dengan panampilan urakan, rambut gondrong, dan celana jeans, akankah peserta didik merasa nyaman dalam belajar. Saat ini mereka hidup di era serba fashionable, sehingga tampilan guru akan sangat mempengaruhi semangat mereka.

Dalam sebuah pepatah dikatakan ”Libaasukum yukrimukum qobla al-Juluus, wa al-Ilmu bada al-Juluus (pakianmu akan dihormati sebelum kamu duduk, dan ilmu mu akan dihormati setelah kamu duduk).
Kedua gaya komunikasi. Salah satu kompentensi yang harus dimiliki seseorang di zaman ini adalah kemampuan berkomunikasi. Oleh karena guru dituntut memiliki kemampuan public speaking.

Bayangkan kalau guru tidak memiliki gaya komunikasi yang baik pada saat pembelajaran, akankah peserta didik mudah menangkap pesan yang disampaikan guru. Ketiga Joke (Humoris). Mengapa guru harus memiliki kemampuan humoris. Kita mengenal film kartun Tom and Jerry yang begitu digemari semua lapisan usia. Alasannya sederhana, karena di dalamnya mengandung humor yang membuat orang bisa tertatawa lepas.

Saat ini acara stand up comedy begitu digandrungi semua kalangan karena disitu ada joke-joke lucu. Tentu bukan berarti guru harus jadi pelawak, komika, bahkan jadi Tom and Jerry tetapi sifat dan jiwa humoris yang harus dimiliki seorang guru.

Keempat inovatif. Ciri dari guru yang gaul adalah selalu berinovasi. Selalu belajar banyak tentang hal-hal baru yang sedang jadi trend dikalangan para siswa. Kehidupan guru yang inovatif akan menginspirasi para siswa. Guru yang inovatif tidak akan merasa puas dengan apa yang mereka terima dari guru terdahulu, mereka akan selalu mengembangkan berbagai hal sesuai tuntutan zaman. Kelima membangun komunitas. Di zaman milenial, kesuksesan dan kemajuan tidak akan terbangun kecuali melalui jaringan (net work) bersama komunitas guru yang lain. Disinilah pentingnya kemampuan membangun komunitas.

*) Ketua Prodi PGMI IAILM Suryalaya Tasikmalaya

Komentar