Ngabuburit dengan Sedekah Karya 2

KOLOM2 views

Ngabuburit atau menghabiskan waktu sore sambil menunggu adzan maghrib sudah merupakan hal lumrah dilakukan di tatar Pasundan ini dan Indonesia tentunya. Dalam ngabuburit biasanya orang akan menghabiskan waktu sekedar jalan-jalan atau kuliner makanan. Di Kota Tasikmalaya sendiri pusat keramaian seperti Mall, Mesjid Agung, Taman kota, Dadaha, alun-alun kota, bahkan di daerah yang dirasa cukup strategis sering digunakan untuk area ngabuburit. Biasanya mereka akan melakukan ngabuburit bersama keluarga, saudara atau teman-temannya. Sehingga ngabuburit waktu yang tepat untuk mendekatkan dengan orang-orang terdekat tentunya. Namun beda halnya dengan para anggota Komunitas yang bersaung di daerah Aboh Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari yang bernama “Sekar Pitaloka” ini.

Menjelang 2 tahun usia berdirinya komunitas seni “Sekar Pitaloka”, sebuah kegiatan unik dan menghibur dihadirkan. Kegiatan itu dinamakan Sedekah Karya 2. Sedekah identik dengan materi tetapi lain hal dengan komunitas satu ini. Mereka menghadiahkan tampilan beragam kesenian asli daerah khususnya seni Sunda bersama komunitas lainnya di Kota Tasikmalaya. Komunitas yang diketuai oleh Indra Nugraha atau lebih dikenal dengan Orock Kappas mencoba untuk senantiasa melestarikan dan memperkenalkan budaya sendiri terutama kepada generasi muda di lingkungan sekitar. Ini terlihat dari anggota komunitasnya yang kebanyakan masih sekolah di SD dan SMP serta para remaja di wilayah Sukamulya.

Sedekah karya 2 dan takjil bersama merupakan rangkaian acara menjelang ulang tahun “Sekar Pitaloka” yang kedua pada tanggal 30 Agustus nanti. Setelah Sabtu sebelumnya bersama Bapak Camat dan jajarannya, sekarang tepatnya Sabtu tanggal 10 Juni 2017 bertempat di halaman Kelurahan Sukamulya “Sekar Pitaloka “ bersama komunitas lain dari Kota Tasikmalaya kembali melakukan sedekah karya dengan menyuguhkan penampilan para anggotanya dan disaksikan oleh sesama komuitas dan warga sekitar.

Acara yang dimulai pukul 16.00 WIB itu dipandu oleh Elsa Afriliani dan diawali dengan pembukaan serta menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama dilanjutkan dengan sambutan dari ketua panitia A ari. Tari Tradisional Jawa Barat Jaipong menjadi penampilan pertama pada acara tersebut. Dengan gemulai Linda, salah satu siswa kelas 5 SD Sukamulya menari di depan penonton yang hadir. Masih dari SD Sukamulya Viska membacakan sajak karya Indra Nugraha yang berjudul “Mangsana Rek Kumaha” dengan penuh penghayatan. Penampilan Karinding dari Rega Reang sebagai bagian dari “Sekar Pitaloka” menjadi penampilan yang sangat ditunggu. Karena meski usia mereka masih kecil tapi sudah piawai memainkan alat musit tradisional Sunda ini.

Seni bela diri khas Indonesia yaitu silat juga ikut unjuk kebolehan. Padepokan silat “Wanara” atau Wani Nahan Amarah dengan membawa 15 orang anggotanya berhasil memukau semua yang hadir karena mereka menampilkan adegan silat baik individu maupun duel bahkan menggunakan senjata tajam. Tentunya hal ini dalam pengawasan pelatih dan dilakukan oleh orang professional. Padahal menurut pendiri “Wanara”, Bapak Ajo Darmaaji padepokan silat ini belum genap berusia 1 tahun. Dan untuk membiayai latihannya bapak Ajo menerapkan sifat kemandirian yaitu dengan selalu menyisihkan uang Rp 500,- /hari. Padepokan silat yang bertempat di Dadaha ini juga membebaskan iuran untuk anggotanya yang tidak mampu. Namun bagi anggotanya yang mempunyai uang lebih bisa digunakan untuk membantu yang lain.

Menjelang Maghrib acara masih berlangsung meriah sambil menunggu adzan, penonton dihibur kembali dengan sajian musik Karinding. Acara Takjil bersama menjadi penutup dalam Sedekah Karya 2. Selain dihadiri oleh komunitas yang tampil pada saat itu, hadir pula para tokoh seni dan pupuhu komunitas lainnya dari Kota Tasik seperti Sekar Sukma, Yanra, Hadik, Hamzah Lazuardi, Kang Bobb, Kabut Galunggung, Wa Jabo dan lain-lain.

Hal penting dalam acara ini adalah kesediaan untuk saling berbagi, tetap bergerak ikhlas dalam bidangnya masing-masing. Terutama kepedulian mereka untuk tetap melestarikandan memperkenalkan budaya asli daerah kepada generasi muda yang hampir terlupakan. Sudah selayaknya pemerintah memberikan perhatian lebih kepada komunitas seperti ini. Karena berkat mereka generasi masa depan bangsa ini tidak melulu sibuk dengan gadget tetapi dapat disalurkan dengan kegiatan yang lebih positif dan bermanfaat tentunya, karena dengan seni, mampu melembutkan hati dan membuat hidup lebih bermakna . Sukses terus Sekar Pitaloka.

 

 

 

 

 

Komentar