PERLUNYA PENDIDIKAN KARAKTER BAGI PARA PEJABAT (Refleksi OTT oleh KPK terhadap Bupati dan Pejabat Disdik Cianjur)

KOLOM0 views

Oleh: Ilam Maolani 

12 Desember 2018, Bupati Cianjur, Kepala Dinas Pendidikan Cianjur, Kabid SMP Disdik Cianjur, ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT) terkait dugaan kasus korupsi Dana Alokasi Khusus Pendidikan di Kab. Cianjur tahun 2018 yang berjumlah milayaran rupiah. Tak lama setelah itu mereka bertiga ditetapkan sebagai tersangka.

Kasus di atas secara jelas dan kentara menampar keras dunia pendidikan di Cianjur khususnya, umumnya di Jawa Barat dan Indonesia. Betapa tidak, pejabat yang seharusnya menjadi panutan atau teladan, pejabat yang seharusnya memberi contoh baik pada masyarakat, ini malah melakukan perbuatan tidak terpuji dan  melawan hukum, berbuat sesuatu yang sangat bertentangan dengan aturan dan norma. Menyedihkan, memilukan dan memalukan.

Terlebih lagi itu terjadi pada orang nomor satu di Kab.Cianjur dan pejabat disdik yang sehari-harinya mengurusi pendidikan. Sungguh perbuatan yang tak sesuai dengan ruh pendidikan, tak sejalan dengan tujuan dan fungsi pendidikan itu sendiri.

Selama ini pemerintah menggembar-gemborkan revolusi mental dan mencanangkan pendidikan karakter, ternyata faktanya ada beberapa oknum pejabat yang mentalnya harus direvolusi dan karakternya harus dibenahi. Selama ini ada kesan pendidikan karakter lebih ditujukan kepada para peserta didik. 18 macam pendidikan karakter terus-menerus digelorakan dan harus dibiasakan di semua warga lembaga pendidikan. Akan tetapi kenyataannya malah ada beberapa orang unsur pemerintah yang menyelewengkan makna pendidikan karakter yang sebenarnya.

Stop korupsi

Kejadian di atas membukakan mata semua pihak bahwa pendidikan karakter bukan hanya ditujukan bagi peserta didik, tetapi juga sangat penting dan strategis ditujukan kepada para pejabat. Para pejabat harus terus dibina dengan pembiasaan perilaku baik. Budaya religius (religious culture) seyogyanya menjadi tradisi dan pijakan dalam bersikap, berbuat dan bertindak.

Di hadapan pejabat banyak godaan, terutama godaan terkait dengan jabatan dan uang. Daya tahan iman dan karakter yang kuatlah yang mampu memfilter godaan itu dari diri pejabat. Milyaran uang bagi pelaksanaan program pemerintah menjadi daya tarik yang menggiurkan dan mudah menjerumuskan pejabat menjadi seorang koruptor.

Pejabat idealnya menjadi teladan. Pembinaan mental bagi mereka perlu diintensifkan. Fungsi pengawasan perlu ditingkatkan dan diperketat. Acara apel sebelum masuk kantor mestinya dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan-pesan pembiasaan karakter yang baik. Kebiasaan-kebiasaan yang selama ini barangkali sering terabaikan mesti diperhatikan dengan serius. Sangat pantas dan bijak jika para pejabat di kantor itu dibiasakan: berdoa sebelum dan setelah bekerja, saling tegur sapa dan mengingatkan dalam kebaikan, menghentikan segala aktivitas menjelang waktu salat, lalu salat duhur dan asar berjamaah, setelah salat ada kultum atau taushiyyah dari pimpinan atau pegawai sebagai upaya saling mewasiatkan dalam ketakwaan, kembangkan sikap tulus melayani masyarakat bukan sikap ketus dan gampang emosi, yakinkan pada para pejabat bahwa ada malaikat yang selalu mendampingi serta mengawasi setiap gerak-gerik kehidupannya, kalau perlu adakan kajian atau pengajian sebelum atau setelah gajian, dalam rapat-rapat sisipkan waktu untuk diadakan taushiyyah singkat, adakan pengajian rutin, bentuk majelis talim di lingkungan perkantoran, biasakan untuk mengeluarkan zakat infak atau sedekah, tiap diri harus menjadi teladan bagi orang lain dan menjadi pembimbing minimal bagi dirinya, sering saling mengingatkan terhadap sumpah dan janji pejabat, oleh atasannya kirim pejabat untuk mengikuti seminar atau pelatihan anti korupsi, jika perlu karantina para pejabat selama beberapa hari untuk digodok memahami, meresapi dan menghayati bahaya korupsi serta cara menghindarinya, dan lain sebagainya.

Kiranya jika beberapa contoh pembiasaan tersebut terpatri dan membudaya di kalangan pejabat, sangat kecil kemungkinan mereka melakukan perbuatan tindak pidana korupsi.

Perlu diingat bahwa seperempat kehidupan manusia itu kecenderungan meniru. Maka bagi pejabat, tirulah pejabat lain yang bersih dari korupsi, bukan malah meniru pejabat lain yang kotor dengan korupsi. Pejabat yang jujur dan bersih biasanya bukan hanya takut kepada KPK tapi juga takut pada neraka. 


“cik atuh euy aranjeun anu ngajabat tur jadi oknum nu sok nilep duit, ereunan pagawean kitu teh, matak cilaka jeung doraka. Gancang tobat saecan sakarat. Eureunan maksiyat saecan aranjeun dicabut nyawa. Da hirup di dunya teh moal lila. Dunyamah fana. Nu kekalmah akhirat”.

Komentar