PPDB di Zaman Serba Online

KOLOM0 views

Ternyata bukan hanya bursa saham saja yang ramai dengan naik turunnya sebuah saham. Atau perniagaan yang tinggal klik tanpa harus mengantri atau pergi jauh, barang yang diinginkan sudah bisa didapatkan dengan cepat. Dunia pendidikan seiring dengan kemajuan jaman setelah laporan-laporan yang menuntut serba cepat, penerimaan peserta didik baru (PPDB) seluruh Indonesia pun dilakukan secara online selain offline tentunya. Untuk offline biasanya masih dilakukan untuk jenjang PAUD, TK , dan SD. Pada sistem offline, Calon siswa baru ditemani oleh orang tuanya melakukan pendaftaran langsung datang dengan  membawa berkas persyaratan yang telah ditentukan masing-masing sekolah.

Sedangkan PPDB online adalah sebuah sistem yang dirancang sebagai sumber/pusat informasi dan pengelolaan proses seleksi penerimaan siswa baru jenjang TK, SD, SMP, SMA, dan SMK yang mulai dari proses  seleksi sampai dengan pengumuman hasil seleksi dilakukan secara online. Setelah data peserta didik diinput oleh operator sekolah dan datanya diterima oleh sekolah tujuan, lakukan cetak tanda bukti pendaftaran online dan segera verifikasi pendaftaran ke sekolah sampai kelulusan diumumkan.

PPDB online ini diterapkan mulai hari Senin (03/07/2017) sampai dengan Kamis (06/07/2017) untuk calon peserta didik tahun Ajaran 2017/2018. Passing grade yang diterapkan masing-masing sekolah yang turun naik membuat khususnya guru kelas VI SD atau kelas IX SMP dan panitia PPDB harap-harap cemas. Bagaimana tidak, terkadang harapan guru dan orang tua murid untuk bisa di sekolah pilihannya harus kandas karena persaingan masuk terutama untuk sekolah favorit sangat ketat.

Padahal dinas pendidikan setempat sudah menghimbau bahwa setiap sekolah intinya sama oleh karena itu, hendaknya sebelum memilih sekolah lanjutan lain yang dinilai berkualitas, peserta didik diarahkan untuk memilih sekolah lanjutan terdekat atau menurut zona. Namun anggapan bahwa sekolah A lebih baik daripada sekolah lain masih dirasa kuat oleh sebagian besar masyarakat. Sehingga alih-alih ingin memberi yang terbaik untuk anak-anaknya yang terjadi adalah kekecewaan.

Berkaca dari fenomena tersebut, hendaknya setiap sekolah senantiasa meningkatkan pelayanan dan kualitas sekolahnya untuk menarik minat masyarakat menyekolahkan anak-anak mereka terutama yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Peningkatan juga harus terjadi dalam kualitas pembelajaran dan profesionalisme pendidiknya. Sehingga mampu menghilangkan label sekolah favorit di beberapa sekolah. Dan bukan berarti sekolah yang tidak termasuk sekolah favorit itu buruk. Sehingga terjadi pemerataan pendidikan terutama dalam segi kualitas dan output lulusan.

Peran orang tua dan pendidik terutama di kelas akhir disini sangat memegang peranan penting terutama dalam ikut serta menentukan sekolah pilihan anak-anaknya. Mereka harus mampu memprediksi dengan perolehan nilai yang di dapat anak/siswanya itu layak memilih sekolah lanjutan yang mana. Artinya kesadaran diri diperlukan dalam hal ini. Kalau sekira nilainya masih dibawah rata-rata alangkah bijaknya jika memanfaatkan sekolah terdekat.

Intinya dimanapun anak-anak kita bersekolah selama kurikulum yang diterapkan sama, seharusnya menghasilkan output yang sama. Yang membedakan adalah kemauan dan kemampuan belajar peserta didik, sarana prasarana yang mampu meningkatkan kemajuan belajar siswa, guru yang selalu meningkatkan kualitas mengajarnya serta terpenting adalah peran dan dukungan orang tua selaku pendidik yang utama dan pertama dalam keluarganya.

Komentar