Sekolah yang Menyenangkan

KOLOM1 views

Secara etimologi kata SEKOLAH berasal dari bahasa Latin SCOLA, yang berarti waktu luang atau waktu senggang. Dahulu pada jaman Yunani Kuno, orang-orang yang memiliki waktu senggang berkumpul di suatu tempat untuk mendengarkan nasihat, ilmu dan petuah dari seseorang yang dapat dianggap bijak. 

Seiring dengan perkembangan jaman, banyak orangtua yang tidak memiliki kemampuan untuk mengajari anak-anaknya. Maka mereka memanfaatkan waktu luang anak-anaknya dengan mengirimkannya ke suatu tempat untuk mendengarkan atau memperhatikan pengajaran dari seseorang yang dianggap luas ilmu dan kebijaksanaanya, yang kemudian dikenal dengan guru. Semakin banyak anak-anak yang berkumpul di suatu tempat, semakin muncul ide atau gagasan untuk mendirikan bangunan yang disebut dengan sekolah.

Menurut Ki Hajar Dewantara, sekolah itu seyogyanya harus menjadi seperti taman yang menyenangkan. Peserta didik senang dan betah berada di sekolah. Kehadiran para guru sangat dinantikan dan ketidakhadirannya sangat disesalkan. Jika peserta didik ‘agak’ enggan pulang ke rumah, ia betah di sekolah, maka itu merupakan salah satu indikator pengelola sekolah berhasil membuat sekolah yang menyenangkan bagi peserta didik.

Agar sekolah menjadi semacam taman yang menyenangkan, ada empat upaya yang semestinya diterapkan oleh semua warga sekolah, terutama oleh pengelola sekolah, antara lain:

1. Semua warga sekolah memberikan keteladanan yang mulia kepada peserta didik, baik dalam bentuk sikap, perbuatan maupun ucapan. Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Selayaknya guru menjadi tokoh identifikasi diri, model, atau contoh teladan peserta didik.

2. Guru menerapkan model dan metode pembelajaran yang variatif, interaktif dan menarik atau sesuai dengan prinsip PAIKEM GEMBROT GASING (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan GEMbira BeRbobOt Gampang ASIk dan menyenaNGkan). Pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered). Hindari penggunaan model talk and chalk alias ceramah dan menulis melulu. Tidak terlalu sering menerapkan pola DDCH (Duduk Dengar Catat Hapal/Hitung).

3. Tersedianya kegiatan-kegiatan bagi pengembangan bakat peserta didik. Peran banyaknya ekstrakurikuler sangat bagus dalam memberikan pelayanan bagi mereka, terutama  dalam mendukung pencapaian prestasi dan potensi, baik di bidang akademik maupun non akademik.

4. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai atau representatif. Area sekolah yang luas, banyak taman, banyak media, suasana nyaman dan sejuk, adanya ruangan yang lengkap, merupakan beberapa contoh dari representatifnya sarana dan prasarana sekolah.

 

 

Komentar