Widyawisata: Mahasiswa PGMI IAID Ciamis kunjungi Kelas Gembira di SMK Bakti Karya Parigi

KIPRAH5 views

Sabtu (26/10/2019) Mahasiswa PGMI IAID Ciamis berkunjung ke SMK Bakti Karya Parigi untuk study tour. SMK Bakti Karya Parigi dipilih karena merefresentasikan Indonesia dalam program kelas multikultural, utamanya terdapat Kelas Gembira yang diinisiasi oleh pelajar SMK Bakti Karya Parigi. Selain itu kampung nusantara sebagai alasan lain mahasiswa PGMI IAID berkunjung ke Bakti Karya.

“Kelas Gembira adalah satu kemajuan berfikir siswa SMK Bakti Karya Parigi. Saya merasa kagum kepada pelajar di sini, mereka mempraktikan apa yang kita pelajari di dalam kampus. Ungkap Lisa koordinatos study tour IAID. Irpan Ilmi kepala SMK Bakti Karya Parigi menyambut kedatangan mahasiswa dengan dongeng, sejarah  SMK Bakti Karya Parigi dari tahun 2012 di gudang kelapa hingga dapat seperti ini. Terlihat decak kagum atas perjalanan SMK Bakti Karya Parigi yang berliku-liku. Irpan Ilmi menyampaikan, “Sekolah ini milik kita semua, kontribusi mahasiswa sangat besar pada perkembangan bakti karya. Oleh karena itu, kita harus terus berkolaborasi menciptakan peradaban manusia yang lestari dan melestarikan semesta, khususnya melalui program kelas multikultural dan kelas ekologi”.

Tidak hanya sampai disitu, mahasiswa dibagi menjadi lima kelompol yang dipandu oleh pendiri dan pemandu kelas gembira, Welin, Hana, Sofia, Ari dan Rahmat termasuk Adit. Mereka bercerita tentang perjalanan kelas gembira dan proses pendidikan yang menyenangkan di Kelas Gembira.

Welin siswa SMK Bakti Karya Parigi, Pengiat Kelas Gembira menuturkan “Kelas Gembira adalah kegiatan Siswa SMK Bakti Karya Parigi untuk meningkatkan indeks kebahagian pada generasi muda -anak SD, TK, SMP hingga dengan masyarakat ksusus di sekitaran Kampung Nusantara”

“Biasanya kegiatan Kelas Gembira diadakan seminggu dua kali pada hari sabtu dan minggu sore. Ragam kegiatan pada kelas gembira mencakup, baca tulis, teater, desain, jurnalis dan lain-lain” Tambah Adit disela-sela diskusi dengan mahasiswa.

Diskusi belangsung selama 6 jam dari mulai ruang kelas, rumah adat Jawa, Papua, Sulawesi, Kalimat, Sumatra hingga ke kampung nusantara.

Komentar