Hari ini Ahad, 1 Juli 2018, setiba di rumah KotaTasik dari Rawa Sindangraja di pagi hari, berdering HP. Ada suara seorang guru perempuan (yang sopan, ramah dan baik hati) dari Indramayu beserta suami dan anak anaknya sedang berlibur Ke Kota Tasikmalaya. Beliau menanyakan kepada saya tentang destinasi wisata apa yang paling menarik dikunjungi yang ada di Tasikmalaya. Sejenak saya berpikir. Sebagai warga yang lahir di Kab.Tasikmalaya dan sekarang tinggal di Kota Tasikmalaya, inilah saatnya memberitahukan dua obyek wisata kebanggaan warga Kab.Tasik dan KotaTasik, yaitu Kawah Gunung Galunggung (Di Desa Linggajati Kec. Sukaratu Kab. Tasikmalaya) dan Situ Gede (Jl. Situ Gede Mangkubumi KotaTasikmalaya).
Mendengar jawaban saya, beliau sangat antusias dan tertarik. Tapi beliau belum tahu arah menuju obyek wisata tersebut. Tanpa menunggu permintaannya, saya langsung menawarkan diri untuk nenemani beliau dan keluarga menuju Kawah Gunung Galunggung dan Situ Gede (semacam Guide bagi turis domestik). Saya beranggapan inilah saatnya ikut membantu teman dan turut mempromosikan obyek wisata kepada warga luar kota Tasik serta semacam napak tilas Saya yang dahulu sekitar tahun 1990 pernah mengunjungi kawah Galunggung. Akhirnya kami berenam menuju kawah terlebih dahulu dengan memakai satu mobil.
Kawah Gunung Galunggung berjarak kurang lebih 17 Km dari pusat KotaTasik. Jalan menuju kawah sudah diaspal dan lumayan bagus. Untuk memasuki area kawah kami dipungut tiga kali pungutan alias karcis, yaitu di gerbang utama 6500 per orang, sebelum tempat parkir 5000 per mobil, dan sebelum naik tangga kawah 5000.
Jalur dari gerbang utama menuju tempat parkir agak naik menanjak dan curam, perlu kelihaian dan kehati hatian pengemudi. Dari tempat pungutan karcis parkir kami ditunjukkan dua arah parkir, bisa ke sebelah kanan menuju kawah melalui tangga berwarna kuning (yellow stairs) atau dapat pula ke sebelah kiri melalui tangga berwarna biru (blue stairs). Akhirnya kami memutuskan untuk memarkirkan kendaraan ke sebelah kiri mendekati tangga warna biru.
Tiba di tempat parkir, setelah dipungut uang 5000 sebagai tanda karcis menuju tangga, kami meminta informasi terlebih dahulu kepada petugas tentang banyaknya jumlah tangga menuju puncak gunung, dibangun tahun berapa, luas kawah, diameter kawah dan spot atau areal apa saja yang ada di kawah.
Menurut petugas, jumlah tangga biru ada 510 tangga dan tangga kuning 620 tangga. 1130 tangga itu dibangun selama tiga tahun, sejak tahun 1994 sampai 1997. Kawah gunung Galunggung yang terbentuk karena adanya erupsi atau letusan tahun 1982 (saat itu saya masih kls 2 MI. Masih ingat mulai meletus Hari Senin, tanggal 5 April 1982), berdiameter sekitar 2 Km dan luas areal kawah serta sekitarnya kurang lebih 40 hektar. Di atas kawah ada beberapa spot, bangunan, atau area, yaitu Ngarai Galunggung, Mercury Galunggung, Deck View (Gardu Pandang tempat selfi atau swafoto dengan berlatar indahnya pesona alam serta pemandangan Kota dan Kab.Tasikmalaya), dan Monumen Galunggung Eruption 1982-1983.
Di areal sebelum naik ke kawah ada juga obyek wisata lain yang tidak terlalu jauh dikunjungi dan sangat menarik, yaitu Curug Agung dengan Rainbow Light di malam hari, Galunggung Tunnel (terowongan Galunggung), dan kolam pemandian air panas.
Setelah menerima penjelasan petugas, kami langsung menaiki tangga biru yang berjumlah 510 tangga. Pelan tapi pasti kami berjalan dengan hati hati dan lumayan agak lelah. Setiap 30 atau 40 tangga kami istirahat. Dengan kesabaran dan kehati hatian akhirnya kami tiba di kawasan puncak kawah.
Begitu tiba rasa lelah seakan hilang, yang ada rasa segar dan takjub atas keindahan kawah Gunung Galunggung dan areal di sekitarnya. Benar benar musibah membawa berkah. Semua area di atas kawah yang disebutkan petugas, Kami kunjungi, tentu kami berfoto mengabadikan momen “indah”, kecuali kawasan air kawah tidak kami kunjungi karena harus menuruni tangga lagi.
Bagi pengunjung yang lapar dan haus, tidak usah khawatir sebab di puncak kawah tersedia banyak warung yang menyediakan makanan dan minuman.
Para pengunjung, plus yang membawa anak kecil, harus super hati hati, sebab antara areal berjalan di puncak kawah dengan kedua sisinya tidak ada pagar pelindung yang utuh memanjang. Hanya ada satu dua pagar pendek dari besi. Jika ceroboh, pengunjung bisa terpelosok jatuh melayang ke kawah dan tewas.
Oleh karena itu jangan pernah melepaskan anak dari gendongan atau dari pegangan erat tangan. Tadi pun saya sempat mengingatkan dua ibu yang anak kecilnya terlepas dari gendongan dan pegangan tangan. Anak yang satu berjalan di tengah sedang yang kedua berjalan hampir menuju pinggir/jurang. Alhamdulilah Allah Swt. masih melindungi. Ibu sigap berlari ‘meraih’ anaknya yang hampir terpelosok menuju jurang kawah.
Komentar